12 Februari 2014


Aku tertarik semua hal tentang kamu sejak 2007 yang lalu, sampai saat ini. Tak berkurang dan tak tau cara menguranginya. Rasanya aku seperti jatuh cinta berkali-kali kepadamu. Aku selalu mencari apa yang tidak aku ketahui. Saat kamu berbohong aku pun tau. Hari ini tanggal 29 kan? Aku hanya mengingatkan. Coba kamu tutup mata kamu dan rasakan. Aku tak memaksa. Apakah kamu merasakan malam ini terasa sangat panjang karena rintik hujan menemani malam? Jawabanku iya. Aku berada dirumah saat ini. Tetapi hujan menuntun ragaku berkeliling dunia menyaksikan keindahan kalian dari kejauhan. Tergores memang dan itu urusanku. Selamat menikmati akhir pekan bersamanya, aku ucapkan.




Sabtu, 29 Januari 2011
23.54

29 Januari 2011

pretended


Gerah sekali rasanya siang ini. Bahkan ac ruangan sekalipun tak bisa mengusir keringat ini. Oh, mungkin saja hati yang panas. Aku terbaring lepas. Menikmati permainan jejaring sosial twitter. Mendengarkan alunan lagu. Dan sejenak melupakan rasa bersalahku padamu. Sesekali aku tertawa, terbawa suasana maya. Aku memang sedang jatuh. Mereka semua tak tau itu. Aku senang, ternyata aku berhasil menutupi wajahku yang kelam akan kepedihan. Merasakan hidup dalam kepura-puraan. Sangat tidak nyaman sekali dan terpaksa aku nikmati. Alunan lagu itu terhenti sejenak, ada panggilan masuk di ponselku. Tertulis nama dan fotomu. Terdiam. Antara bingung dan senang  sangat susah aku ungkapkan. Akhirnya dengan spontan aku reject. Kamu kembali meneleponku. Dan aku mengulanginya. Apa yang ada di pikiranku saat itu? Entahlah sangat rumit. Lalu kamu memberikan pesan singkat kepadaku. Aku tersenyum kecil karena pesan itu berupa kecemasan dan kamu berpikir aku mempunyai seseorang yang menggantikan posisi kamu. Menurutku itu hanya sandiwara dan kepura-puraan semata. Will see…
#empatdesemberduaribusepuluh





Sabtu, 29 Januari 2011
22.54pm

10 Desember 2010

pelangi perekat rindu

Malam pekat kubiarkan mata ini terjaga mengarungi samudra rindu yang telah lama kamu tinggalkan. Ingatanku terus menari di atas dua puluh sembilan mei dua ribu delapan dimana kisah kita sekarang telah memudar tertelan waktu terhapus masa. Aku sangat rapuh jika mengenang untaian kisah mesra masa lalu bersama kamu pelangiku. Tak akan pernah luput dari ingatanku, setetes kenangan dalam setangkup rindu. Aku ingat semasa sekolah dulu ketika siang itu aku duduk diteras depan kelas sedang menatap tajam hamparan awan dan kemilau cahaya matahari. Kamu datang membawa sejuta senyum sebening embun. Perlahan memasuki duniaku. Mengikis rasa penat yang menderu. Mengisi hati yang semu. Berucap janji setia abadi. Menandai setiap tanggalnya dengan sebuah hadiah kecil bermakna. Aku dan kamu selalu merangkai sebuah kata berisi kenangan pada catatan harian bernama diary. Terdengar cukup kuno tapi sangat menyenangkan. Kitai tak pedulikan sekitar.  Tetap menikmati hari, berdua.
Masih ingatkah kamu? ketika siang gelap saat hujan mendekap, kamu berucap “hujan memang tak mampu membantu mendekap apa yang kamu inginkan. Bahkan jika kamu pejamkan mata sekalipun, terbang dengan khayalan. Hujan tetap tak mampu mendekap apa yang kamu inginkan. Tapi bukankah masih ada suara rintiknya yang mengingatkan kamu pada satu kata rindu?”. Aku terdiam. Aku dan kamu memang sangat suka hujan. Itu yang aku tau. Ketika kamu rindu hujan mungkin kamu juga merindukanku, tapi ketika rintik hujan tidak lagi terdengar, apa kamu masih merindukan aku? Ah.. entahlah..
Aku memang suka hujan, karena hujan merensonansi rinduku pada seseorang. Dalam hujan ada nada nyanyian rindu yang hanya bisa di dengar dari orang yang tengah rindu. Dan aku sering rindu seseorang yg bahkan tak pernah kutahu siapa dia. Tetapi di balik itu aku cinta pelangi. Pelangi adalah busur lengkungan hujan. Aku ingin sekali hidupku lebih berwarna seperti pelangi. Tanpa warna pekat yang menyekat. Tanpa hitam putih yang membiru dan membaur mengabu menjadi satu. Pelangi dimensi warna. Hujanpun mulai berhenti merintikkan suara tinggi. Itu pertanda hujan mulai reda. Hal yang paling aku tunggu adalah ketika aku dan kamu melihat keindahan pelangi, dan benar saja kamu mengajakku meniti pelangi siang yang menampakkan seberkah cahaya mentari di balik awan. Sangat berkesan. Terlalu banyak pelangi yang tak kita sadari melekat kuat pada keadaan sempit ini.  Semoga aku menemukan kembali pelangiku. Pelangi yang menjadi semangat dan inspirasiku. Pelangi perekat rindu..




Kamis, 10 Desember 2010
00.19
Sendiri, tak seorangpun..