10 Desember 2010

pelangi perekat rindu

Malam pekat kubiarkan mata ini terjaga mengarungi samudra rindu yang telah lama kamu tinggalkan. Ingatanku terus menari di atas dua puluh sembilan mei dua ribu delapan dimana kisah kita sekarang telah memudar tertelan waktu terhapus masa. Aku sangat rapuh jika mengenang untaian kisah mesra masa lalu bersama kamu pelangiku. Tak akan pernah luput dari ingatanku, setetes kenangan dalam setangkup rindu. Aku ingat semasa sekolah dulu ketika siang itu aku duduk diteras depan kelas sedang menatap tajam hamparan awan dan kemilau cahaya matahari. Kamu datang membawa sejuta senyum sebening embun. Perlahan memasuki duniaku. Mengikis rasa penat yang menderu. Mengisi hati yang semu. Berucap janji setia abadi. Menandai setiap tanggalnya dengan sebuah hadiah kecil bermakna. Aku dan kamu selalu merangkai sebuah kata berisi kenangan pada catatan harian bernama diary. Terdengar cukup kuno tapi sangat menyenangkan. Kitai tak pedulikan sekitar.  Tetap menikmati hari, berdua.
Masih ingatkah kamu? ketika siang gelap saat hujan mendekap, kamu berucap “hujan memang tak mampu membantu mendekap apa yang kamu inginkan. Bahkan jika kamu pejamkan mata sekalipun, terbang dengan khayalan. Hujan tetap tak mampu mendekap apa yang kamu inginkan. Tapi bukankah masih ada suara rintiknya yang mengingatkan kamu pada satu kata rindu?”. Aku terdiam. Aku dan kamu memang sangat suka hujan. Itu yang aku tau. Ketika kamu rindu hujan mungkin kamu juga merindukanku, tapi ketika rintik hujan tidak lagi terdengar, apa kamu masih merindukan aku? Ah.. entahlah..
Aku memang suka hujan, karena hujan merensonansi rinduku pada seseorang. Dalam hujan ada nada nyanyian rindu yang hanya bisa di dengar dari orang yang tengah rindu. Dan aku sering rindu seseorang yg bahkan tak pernah kutahu siapa dia. Tetapi di balik itu aku cinta pelangi. Pelangi adalah busur lengkungan hujan. Aku ingin sekali hidupku lebih berwarna seperti pelangi. Tanpa warna pekat yang menyekat. Tanpa hitam putih yang membiru dan membaur mengabu menjadi satu. Pelangi dimensi warna. Hujanpun mulai berhenti merintikkan suara tinggi. Itu pertanda hujan mulai reda. Hal yang paling aku tunggu adalah ketika aku dan kamu melihat keindahan pelangi, dan benar saja kamu mengajakku meniti pelangi siang yang menampakkan seberkah cahaya mentari di balik awan. Sangat berkesan. Terlalu banyak pelangi yang tak kita sadari melekat kuat pada keadaan sempit ini.  Semoga aku menemukan kembali pelangiku. Pelangi yang menjadi semangat dan inspirasiku. Pelangi perekat rindu..




Kamis, 10 Desember 2010
00.19
Sendiri, tak seorangpun..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar